Monday, October 21, 2013

Cara Menjaga Penguasaan Bola

jack wilshere arsenal
Ada pepatah tentang dunia sepak bola yang mengatakan bahwa "semakin lama anda menguasai bola, maka semakin kecil peluang tim Anda untuk dikalahkan." Benar sekali, ini adalah salah satu filosofi yang melekat di sistem permainan Barcelona. Tapi, untuk artikel kali ini saya tidak membahas yang berhubungan dengan Barcelona tetapi dengan tim lainnya yang memainkan tipe permainan serupa yakni, Arsenal.
Di artikel kali ini, saya akan membagikan tips dari Jack Wilshare, gelandang serang Arsenal, mengenai cara menjaga penguasaan bola. Kenapa saya memilih tips dari pemain Arsenal ? alasan utama saya tentu karena Arsenal adalah salah satu dari sedikit tim di English Premier League yang mampu memainkan permainan bola-bola pendek secara konsisten.
Tanpa banyak bicara lagi, berikut adalah tips cara menjaga penguasaan bola dari Jack Wilshare (Arsenal).

Berpikir sebelum bertindak
"Sangat penting untuk selalu mencoba dan bermain menyerang, karena disanalah tujuan agar bisa tercipta sebuah gol. Tapi, jika kalian tidak bisa menyerang kedepan, bermainlah melebar. Menjaga penguasaan bola adalah hal terpenting yang harus dilakukan. Untuk melakukan hal ini, kamu harus bisa menggambarkan dipikiran kamu sendiri apa yang harus kamu lakukan dengan bola sebelum bola itu datang kepada kamu. Cara terbaik untuk mengasah keterampilan ini adalah dengan cara bermain satu-dua sentuhan (5 vs 2) dengan jarak yang rapat. Berlatih dengan  situasi seperti ini akan membantu perkembangan skill di pertandingan sesungguhnya."

Selalu bergerak
"Selalu bergerak dan lihat dimana pemain yang menjaga kamu berada. Buat pemain yang menjaga kamu kewalahan dengan bergerak ke daerah yang tidak bisa mereka ikuti. Ini adalah kunci untuk mendapatkan ruang kosong sehingga kamu memiliki kesempatan untuk mendapatkan bola dan melakukan passing atau membawa sendiri bola tersebut. Setelah melakukan passing, jangan berdiam diri."

Sempurnakan sentuhan pertama
"Cara terpenting untuk menjaga penguasaan bola adalah dengan kemampuan sentuhan pertama yang dimiliki, jika sangat baik, kamu bisa melakukan apapun dengan bola."

Lindungi bola
"Kamu harus waspada terhadap pemain lawan disekeliling kamu, dan gunakan kekuatan otot kaki dan lengan untuk menghindar dari sergapan lawan."

Friday, August 30, 2013

Liverpool Vs Mancester United Inside

Untuk pertama kalinya setelah 26 tahun, Stadion Anfield milik Liverpool akan kedatangan MU tanpa Sir Alex Ferguson. Untuk pertama kali pula manajer David Moyes berada di Anfield bukan untuk urusan "derby Marseyside". Pada Minggu (1/09), Moyes memang tidak lagi berwarna biru Everton, klub sekota yang pertemuannya dengan Liverpool yang bertajuk derby Marseyside. Moyes kini berwarna  merah United dan akan terlibat dalam laga paling tersohor di sepak bola Inggris alias "the most famous fixture in English football" antara Liverpool melawan Manchester United.
Tensi tinggi pertemuan memang sudah terlanjur mentradisi sejak United dikuasai rezim Sir Alex. Pasalnya, secara lahir dan batin manajer gaek ini dengan sengaja membentuk Setan Merah sebagai klub perontok eksistensi Liverpool di Inggris. Bagi Sir Alex, urusan dengan Liverpool bukan sebatas pekerjaan melainkan misi. "Misi terbesar saya adalah melengserkan Liverpool dari kedudukan tertinggi. Saya sangat serius, dan saya tidak peduli beberapa orang mengatakan ini terlalu serius. Percayalah kepada saya kehidupan akan berubah untuk Liverpool," kata Sir Alex pada awal-awal kariernya sebagai manajar United.
Ketika Sir Alex mendekati masa pensiunnya, faktanya tentang Liverpool tidak melemah. "Tidak terlalu penting melampaui Liverpool. Paling penting adalah United menjadi tim terbaik di negara ini dalam hal memenangai titel juara," kata Sir Alex saat meraih gelar ke-19 Premier League. Jadi, inilah alasan sesungguhnya mengapa pertemuan United kontra Liverpool selalu riuh. Hal ini pula yang membuat Liverpool dengan siapapun manajernya bisa bermain habis-habisan jika bertemu United.
Moyes sebagai maajer baru United jelas tak bisa berpaling dari fakta yang mencemaskan ini. Apalagi kubu Liverpool sudah bermain urat saraf dengan menyebut niat akan membuat hidup Moyes di United kepanasan. Manajer Liverpool Branden Rodgers mengaku melihat sosok Moyes dari dua sisi. Pertama, aroma Everton sebagai musuh besar Liverpool dalam derby Marseyside masih tercium pada diri Moyes. Kedua, sekarang Moyes menukangi United, klub yang selama puluhan tahun ditempatkan sebagai prioritas paling tinggi untuk dikalahkan.
Untuk melaksanakan niat ini setidaknya ada dua keuntungan bagi Liverpool. Pertama, Ridgers sangat mengerti arti pertemuan Liverpool dengan United, sebaliknya Moyes akan melakoni laga pertama dan biasanya hal pertama cenderung sulit untuk dilalui. Sementara itu faktor kedua adalah adanya pergerakan yang berarti pada Rodgers setelah menangani Liverpool bila bertemu Moyes. Kala Rodfers berlayar bersama Swansea City, pasukannya selalu takluk oleh pasukan Everton besutan Moyes. Namun, performa langsung berbeda ketika pindah menangani Liverpool. Rodfers langsung mampu menutup peluang Moyes menjadi pemenang dalam laga derby Merseyside.
Moyes paling suka menggunakan formasi 4-5-1. Skema ini memiliki opsi bisa banyak menyerang tapi juga memiliki soliditas dalam bertahan ketika diserang. Sebaliknya Rodgers masih berbulan madu dengan pemain-pemain asal Spanyol yang kini mewarnai Liverpool.

Thursday, August 29, 2013

Sekilas "Derby" : Liverpool v Man United

Apakah pertemuan antara Liverpool dan Manchester United dapat disebut sebagai derby ? Mengapa tidak ? Sekilas, kedua kota, Liverpool dan Manchester, berada di dua tempat yang "jauh". Liverpool di country Merseyside, sementara Manchester ada di country Greater Manchester.
Namun sebenarnya, mereka berada di region yang sama, yaitu di barat laut Inggris. Karena itu, pertandingan antara Liverpool dan Manchester United sering disebut sebagai North West Derby atau derby Barat Laut Inggris. Meskipun, nama derby itu juga berlaku untuk klub-klub lain yang berada pada region tersebut. Demikian pula ketika Liverpool bertemu dengan klub Machester lainnya, Machester City.
Bahkan, sebelum 1972, kedua kota sama-sama menjadi bagian dari country bernama Lancashire. Setelah 1972,  karena perubahan perbatasan, country tersebut dipecah. Lancashire masih ada, namun berukuran lebih kecil. Di Inggris barat laut kini ada lima country, yaitu Cheshire, Cumbria, Greater Manchester, Lancashire, dan Merseyside.
Walau demikian, hingga saat ini, terutama mereka yang sudah masuk kategori senior citizen, penduduk Liverpool dan Manchester masih menyebut diri sebagai Lancastrian atau orang Lancashire.

Jadwal pertandingan Liverpool vs Manchester United di EPL 2013/14
Minggu, 1 September 2013
Liverpool v Manchester United
Anfield

Sabtu, 15 Maret 2014
Manchester v Liverpool
Old Trafford

Sunday, August 25, 2013

Preview Liga Italia : Lazio v Udinese

Lazio dan Udinese menciptakan rivalitas tersendiri dalam beberapa tahun terakhir. Persaingan berlanjut musim ini, dengan kemungkinan belum maksimal karena langsung tergelar pada pekan pembukaan. Persaingan kedua kubu memang jarang mengarah kepada gelar. Namun, titik fokus perseteruan tak jauh juga dari papan atas.
Ingatan Lazio dipastikan masih segar untuk kekecewaan dua musim lalu. Saat itu, Udinese yang meraih tiket ketiga (dan terakhir) ke Liga Champion. Lazio finis di peringkat keempat 2010/2011 dengan defisit dua angka saja. Semusim sebelumnya, Udinese kembali menjadi peraih jatah terakhir ke Liga Champion dengan Lazio kembali finis tepat dibaawh klub Udine itu. Klub ibu kota mendapatkan alasan untuk membenci Udinese.
Musim lalu, Lazio finis di peringkat ketujuh, tapi berkat gelar Coppa Italia bisa ke Liga Europa. Udinese yang peringkat kelima juga lolos ke ajang yang sama. Dengan persaingan ketat, wajarlah bila tim yang berlaku sebagai tuan rumah memaksimalkan keuntungan berlaga di depan publik sendiri itu. Lazio tentu bukan pengecualian. Terakhir kali Udinese menang saat Lazio menjadi tuan rumah terjadi pada 2008/09. Setelah itu, Zabrette hanya dua kali membawa pulang satu angka dari empat kesempatan.
Musim lalu, Biancocelesti bahkan menang tiga gol tanpa balas di Stadio Olimpico, dengan duet Hernanes dan Miroslav Klose mencatatkan diri masing-masing sebagai pencetak satu gol. Lazio pada Minggu (25/08) akan kembali bertumpu kepada produktivitas kedua pemain. Menuju pekan pertama, Lazio mengambil hikmah besar dari kekalahan telak di Supercoppa Italiana dari Juventus. Kesuksesan meraih Coppa Italia musim lalu menanklukkan tetangga, AS Roma, sudah mesti ditinggalkan. "Kami jelas harus menjejakkan kaki lagi di tanah. Kami mencoba melakukannya setelah menang di Coppa Italia dan harus melakukannya lagi. Kami mungkin tampil dengan kepercayaan diri kecil melawan tim sebesar Juventus saat belum bugar penuh", ucap Vladimir Petkovic, pelatih Lazio, di Rai Sport.
Udinese bukan tanpa ancaman. Dengan inti tim yang tak jauh berbeda dibandingkan musim lalu, klub besutan Francesco Guidolin itu tetap mengancap setiap klub. Hanya, Lazio tampak terlalu geram untuk bisa mereka bendung.

Friday, August 23, 2013

Preview Liga Italia | Sampdoria v Juventus

Juventus memulai kampanye mencatat gelar ketiga beruntun di Serie A dengan keharusan menghadapi momok terbaru mereka. Sampdiria bakal kembali menyiapkan Luigi Ferraris untuk mengganjal Si Nyonya Tua. Juve menegaskan ambisi mengakhiri musim dengan Scudetto lagi dengan peningkatan kekuatan. Fernando Llorente dan Carlos Tevez tampil sebagai rekrutan mentereng yang akhirnya dibuat La Vecchia Signora.
Salah satu ujian terbaik peningkatan itu langsung tergelar pada pekan pembukaan. Sampdoria, tuan ruma pada laga Sabtu (24/08), sudah lama berada di level papan tengah saja. Namun, selama lebih dari dua tahun terakhir, Il Samp mencatat sesuatu yang mengesankan. Klub dari kota Genoa itu menjelma sebagai momok bagi Juventus, raksasa yang tengah bangkit. Dalam lima pertemuan terakhir, Sampdoria tak pernah menelah kekalahan dari Juventus, tiga diantaranya bahkan berakhir dengan kemenangan skuat yang juga beralias I Blucerchiati itu.
Musim silam, Angelo Palombo dkk. menjadi satu-satunya tim yang menorehkan dua kemenangan atas Juventus. Wajar kalau Samp mengintip sekali lagi raihan tiga angka, bukan hanya satu, pada pekan pertama ini. Sampdoria juga akan mencoba meneruskan kiprah mengesankan kala meloloskan diri dari jerat degradasi dengan membukukan lima kemenangan dari sembilan laga terakhir mereka. "Juventus jelas merupakan tim yang sangat baik. Namun, kami hanya harus siap berlaga. Kami mesti mencetak gol, baru kemudian bisa berharap kemengangan. Saya berharap faktor kandang memberikan keuntungan kembali," ucap Delio Rossi, pelatih Samp, dikutin Secolo XIX.
Juve toh diperkirakan akan memulai mengembalikan dominasi terhadap Samp. Persiapan pramusim La Vecchia Signora berlangsung lumayan bagus, ditutup dengan kemenangan meyakinkan, 4-0, diajang Supercoppa Italiana atas Lazio akhir pekan lalu. Tevez segera menebarkan ancaman untuk para lawan dengan sebuah gol setelah tiga lainnya dicetak para awak lama Juve. Sang kampiun bertahan akan dengan mudah melupakan cedera Claudio Marchisio yang memaksa sang gelandang serang absen selama sebulan ke depan.
Transfer yang dibuat Sampdoria bolah tak semengkilap Juve. akan tetapi, efektivitasnya tampak menjanjikan. Beberapa nama anyar bersiap menembus tim pertama dan langsung mengejutkan Juventus. Salah satunya Manolo Gabbiadini, eks pemain Juve yang akhirnya dipinjamkan ke Bologna selama setahun musim lalu. Samp sangat mungkin meneruskan status sebagai penganjal nomor satu raksasa bernama Juve. Tak keliru menyebut Seria A akan tergantung Sampdoria start. Jika Samp gagal membendung Juve, scudetto tampaknya akan melayang lagi ke Si Nyonya Tua.

Tuesday, April 9, 2013

Ulasan Derby Della-Capitale 09-04-2013

Aroma panas selalu tersaji dalam setiap Derby della Capitale. Sebelum laga tadi malam bahkan terjadi kericuhan besar-besaran di luar stadion. Enam orang ditikam dan terpaksa dilarikan ke rumah sakit. Panas di luar, panas juga di dalam. Di lapangan tercipta 34 foul, 7 kartu kuning, plus 1 kartu merah.
AS Roma yang menjadi tuan rumah gagal memanfaatkan keuntungan melawan 10 pemain Lazio. Pertandingan pun berakhir dengan skor imbang 1-1. Hasil ini sangat disayangkan karena biasanya kedua tim selalu saling mengalahkan. Terakhir kali kdua tim bermain imbang adalah di musim 2006/2007.
"Sayangnya kita membuang banyak peluang babak pertama. Tapi babak kedua berjalan lebih baik dan yang penting adalah bahwa kita tidak kalah," ucap sang kapten Fransesco Totti seusai pertandingan.
Lazio memang sempat unggul melalui Hernanes di menit 16, namun Totti menyamakan kedudukan di menit 59 melalui titik putih.

Lazio Menyerang dari Sayap
Menghadapi Lazio, tak seperti biasanya pelatih Roma, Aurelio Andreazzoli, tak menggunakan back-three yang kerap jadi andalannya. Jika di 5 laga terakhir ia menggunakan formasi dasar 3-4-2-1, di pertandingan tadi malam ia memakai 4-3-1-2. Konsekuesinya adalah membangkucadangkan Ivan Piris. Pada posisi duet center back, Andreazzoli lebih memilih duet Leandro Castan-Marquinhos ketimbang Burdisso-Marquinhos yang kerap jadi langganan starting eleven.
formasi sepak bola
Starting Line-Up
Dengan pola ini otomatis Torosidis dan Marquinho yang biasa dipasang sebagai wing-back mau tak mau mundur menjadi full-back. Terlihat sekali Roma agak getir menahan laju serangan Lazio yang kerap menyerang dari posisi sayap melalui Candreva dan Lulic.
Absennya Osvaldo terasa betul bagi Roma. Lini depan Il Giallorossi terasa pincang. Dua ujung tombak mereka di depan Totti dan Erik Lamela bukanlah tipikal striker murni. Kedua pemain ini lebih banyak berperan sebagai second striker. Imbasnya, lini depan Roma tampil kurang dominan dan lebih banyak berkutat di tengah sama seperti saat mereka ditaklukan Palermo 2-0 minggu lalu.
Di kubu lawan, menggunakan pola 4-1-4-1 terlihat Lazio ingin menguasai lapangan tengah sembari menyerang dengan memanfaatkan lebar lapangan. Miroslav Klose yang dipasang sejak menit awal, membuahkan hasil yang tak maksimal. Kendati begitu, srategi Vladimir Petkovic yang memasang Klose sejak menit awal berhasil membuat Roma melakukan kesalahan dengan hanya terfokus bertahan di kotak penalti dan melupakan second line.

Kuartet Klose - Lulic - Hernandez - Candreva
Di menit-menit awal, dipasangnya Marquinho sebagai full-back kanan membuat Roma sedikit kelabakan. Sebagai tipikal pemain dengan naluri menyerang, Marquinho selalu gagal menahan laju Antonio Candreva. Sampai menit 20 babak pertama, terlihat dengan jelas, Lazio memanfaatkan kelemahan ini. Candreva begitu dominan di sisi kanan penyerangan. (Lihat grafik di bawah ini: pergerakan Candreva di menit 1-15).
Pergerakan Candreva
Roma sebenarnya bisa mematikan Candreva dengan syarat De Rossi mampu menunaikan tugasnya dalam mengawal Hernanes. Sebab, suplai bola terbanyak yang diterima Candreva berasal dari lini tengah yang ditempati Hernanes. Tercatat, aliran bola kepada Candreva hampir 70% throughpass dari lini tengah. Pergerakan Alvaro Gonzalez yang berada tepat di belakang Candreva berhasil ditahan oleh Marquinho sehingga dia tak bisa leluasa memberi sokongan pada Candreva.
Sampai babak pertama usai, lini serangan Lazio hanya terfokus kepada sayap kiri Roma. Kelemahan Marquinho – Florenzi – De Rossi terus dieksploitasi Candreva – Hernanes – Klose dan Senad Lulic yang bahkan kerap bertukar posisi meninggalkan sayap kiri guna beroperasi di sayap kanan.
Kendati memasang Klose sendirian di depan, dengan cerdik Petkovic lebih banyak mengintruksikan Klose mundur ke luar kotak pinalti. Otomatis serangan sayap Lazio bukanlah diakhiri dengan crossing melainkan lebih banyak berupa tusukan ke dalam yang diakhiri dengan shooting langsung ke gawang. 
Posisi Klose yang sering turun ke luar kotak penalti juga disengaja dalam upaya untuk memaksimalkan peran Candreva atau Lulic yang menusuk ke kotak penalti dari sisi kanan dan kiri. Sedangkan Hernanes stand by di sekitar kotak penalti sembari menunggu bola rebound.
Untuk menciptakan gol, Lazio hanya menyerang melalui flank dan mengeksploitasi kelengahan De Rossi-Bradley yang terlalu mundur ke belakang dan menyisakan ruang tembak yang kosong di depan kotak penalti. Terbukti di babak pertama, Lazio berhasil mencetak 7 attempts yang satu di antaranya berhasil merobek gawang Roma yang dijaga Maarten Stekelenburg. Dan itu dilakukan oleh Hernanes yang sabar menunggu di luar kotak penalti.

Totti Mengambil Peran Lamela 
Kelemahan De Rossi langsung direspon Andreazzoli dengan menarik De Rossi dan memasukkan Mattia Destro di menit 53. Kondisi ini membuat barisan depan Roma kembali lebih hidup. Destro yang merupakan striker murni membuat Totti dan Lamela bisa lebih mundur ke belakang sebagai second striker.
Peran Lamela di laga ini agak kurang maksimal karena dijaga ketat oleh Senad Lulic yang membantu barisan pertahanan. Di laga ini Lamela diplot sebagai pemain bertipikal inverted winger di sayap kanan. Untuk mematikannya, Lulic dengan cerdik terus menjaga ruang di sisi dalam lapangan, mendesak Lamela terus ke pinggir, sehingga kesulitan cutting inside guna memaksimalkan kaki kirinya. Hal ini dibuktikan dengan data bahwa sepanjang pertandingan, sebagai seorang playmaker, Lamela hanya mampu passing 14 kali, 7 di antaranya gagal.
Pergerakan Lamela
Peran Lamela yang tak efektif
Kendati begitu, Roma berhasil mengeksploitasi kelemahan sayap kiri Lazio yang dikawal Alvaro Gonzalez. Seperti yang sudah diuraikan di bagian sebelumnya, dominasi Candreva di sisi kanan penyerangan tidak diimbangi oleh Gonzalez. Dia terlihat canggung. Kurang agresif dalam menyokong Candreva tapi juga kerap kehilangan posisi saat bertahan.
Seperti diketahui, Gonzalez bukanlah pemain bertipikal full-back. Dulunya pun dia adalah penyerang sayap. Masuknya Dodo amat membantu peranan Totti. Sebelum masuknya Dodo, Il Capitano masih harus ikut berjuang mengamankan sisi kiri Roma yang berkali-kali dieksploitasi Candreva.
Masuknya Dodo membuat Totti bisa lebih fokus mengeksploitasi sisi kanan pertahanan Lazio yang dijaga Gonzalez. Dari sinilah akhirnya Roma menemukan ketajaman lini serangnya. Data whoscored mencatat hampir 43% serangan Roma berasal dari sisi lapangan yang ditempati oleh Totti.

Pertahanan Lazio Rapi
Aroma panas memang selalu terasa di laga Derby Della Capitale. Dari 5 head-to-head terakhir selalu berujung dengan kartu merah yang keluar dari saku wasit. Dan di laga tadi malam kondisi serupa terjadi. Kartu merah yang diterima center back Lazio, Giuseppe Biava, ternyata tak membuat tensi pertandingan turun.
Keluarnya Biava langsung digantikan oleh Ciani dengan menumbalkan Ledesma. Otomatis Lazio bermain dengan pola 4-4-1 dengan tanpa seorang natural defensive midfielder di lapangan. Kesan yang terlihat adalah Petkovic tidak kehilangan nyali sedikit pun untuk mengendurkan serangannya.
Dan itulah yang terjadi. Kendati harus bermain dengan 10 orang nyaris di sepanjang babak II, Petkovic terus mengintruksikan anak buahnya menyerang. Statistik menunjukkan, pasca keluarnya Biava, Lazio berhasil membuat 5 attemps, masih lebih baik ketimbang Roma yang hanya mampu membuat 4 attemps.

Keberhasilan Lazio menahan Roma adalah mereka tidak terburu-buru melakukan tekanan pada Roma. Pemain Lazio lebih sering membiarkan Roma masuk lebih dulu ke pertahanan, baru kemudian pressing dilakukan. Catatan statistik menunjukkan, hampir 80 persen tackle yang dilakukan pemain Lazop dilakukan di daerah pertahanan mereka sendiri.
Selain itu, barisan pertahanan Lazio juga tampil dengan konsentrasi yang sangat baik. Mereka jarang melakukan kesalahan fatal di daerahnya sendiri. Dari 35 tackle yang dilakukan Lazio, 29 di antaranya adalah bersih.
Faktor lainnya adalah gemilangnya penampilan Federico Marchetti dalam menjaga gawang terutama ketika set-piece yang dilakukan Totti. Lima penyelamatan gemilang berhasil diselamatkan Marchetti di sepanjang babak kedua.

source : sport detik

Thursday, April 4, 2013

Pergantian Tag-Line Stadion Sepak Bola

Salam Sportif - Setelah cukup lama vakum dari dunia publikasi (sekitar 2 bulanan), Stadion Sepak Bola akan kembali meramaikan dunia informasi seputar sepak bola dengan situs-situs dan blog dengan tema sejenis lainnya. Kevakuman selama dua bulan terakhir terjadi bukan karena ketidakmampuan menyediakan berita kepada teman-teman semuaya, tapi lebih kepada faktor non teknis. 
Sebagai langkah awal untuk kembali dari peristirahatan, SSB melakukan sedikit perubahan pada TagLine yang dahulunya adalah "Non Mollare Mai, You'll Never Walk Alone" yang diambil dari dua slogan klub favoritnya saya (SS Lazio dan Liverpool FC). Makna dari tagline tersebut adalah
"Kami tidak akan pernah menyerah untuk menyediakan berita yang berbobot bagi pembaca, karena berita yang berbobot membuat kita selalu bersama (selalu dikunjungi)"
Tapi karena penggunaan bahasa yang mungkin sedikit asing terdengar ditelinga para pembaca, saya memutuskan untuk meng-Indonesia-kan tagline tersebut menjadi
"Memberikan Kualitas, bukan Kuantitas"
Perubahan tagline ini sekaligus menyatakan bahwa saya ingin menjadikan Blog Stadion Sepak Bola ini sebagai sarana informasi yang penting, bermanfaat, dan informatif dengan penggunaan tata Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sebuah harapan yang besar tentunya, tapi sebuah kehidupan tanpa harapan bukanlah kehidupan yang indah. Karena sebuah harapanlah hidup itu menjadi lebih berwarna.

Tuesday, January 22, 2013

Piala Afrika 2013

Layaknya kekuatan sepak bola di Benua Asia yang terbagi atas barat (Iran, Arab Saudi, dan Irak) dan timur (Jepang dan Korsel), peta sepak bola di Afrika pun mengenal tiga blok utama : utara, tengah, dan barat. Secara historis, ketiga wilayah tersebut menyumbang 24 titel dari 28 edisi Piala Afrika yang telah dipentaskan. Kontestan asal Afrika Utara memimpin lewat 10 trofi, disusul kontingen Afrika Tengah dan Afrika Barat yang membagi rata 7 gelar.
Jika dijabarkan menurut negara, 10 gelar Afrika Utara disumbangkan oleh Mesin(7 kali), dan masing-masing satu kali oleh Aljazair, Maroko, dan Tunisia. Afrika Tengah punya jagoan, yakni Kamerun (4 kali), RD Kongo (2 kali), dan Kongo (1 kali), sedangkan tujuh milik Afrika Barat di berikan oleh Ghana (4 kali), Nigeria (2 kali), dan Pantai Gading (1 kali). Afrika Tengah sempat mewakilkan Etiopia dan Sudan sebagai kampiun kejuaran Piala Afrika. Sementara itu, wilayah paling bawah benua hitam mengirimkan Afrika Selatan dan Zambia ke tangga juara.
Piala Afrika 2013 boleh jadi merupakan edisi tersengit karena kehadiran 10 dari 14 eks jawara. Mayoritas pesertanya pun tengan memimpin klasmen di sejumlah grup pada Kualifikasi Piala Dunia 2014. Artinya, aspek sejarah maupun kualitas terkini memang terwakili di Afrika Selatan. Namun, saat mengerucutkan kontestan ke masing-masing grup, mungkin hanya Grup D yang muncul sebagai grup tersulit karena di sana ada Pantai Gading, Tunisia, Aljazair, dan Togo. Ke-empat tim ini menduduki tangga teratas di berbagai bursa taruhan.
"Grup ini dihuni tim-tim dan pemain-pemain bagus. Saya tak punya tim spesifik untuk dihindari atau ditakuti. Jika ingin menjuarai sebuah kompetisi, kita harus melawan setiap tim terbaik. Saya pribadi fokus pada setiap pertandingan agar bisa lolos ke babak berikut," ujar Gervinho, bomber Pantai Gading, seperti dikutip dari cafonline.
Sepanjang kejuaraan di masa lalu, 11 tuan rumah berhasil mengoptimalkan keunggulan nonteknis guna menggenggam trofi. Bagi tim di luar Afsel, ajang kali ini juga bisa dimanfaatkan untuk memberi fakta lain bahwa faktor home advantage bukanlah acuan baku meraih mahkota Benua Hitam terlebih lagi di Piala Afrika 2013.