Thursday, November 17, 2016

Bisa Apa Indonesia Tanpa Irfan Bachdim?

Irfan Bachdim Indonesia
Irfan Bachdim cedera panjang, padahal ia adalah salah satu andalan utama dalam strategi Alfred Riedl untuk timnas Indonesia. Lalu apa yang bisa timnas lakukan tanpa Irfan?
Mimpi buruk itu datang hanya empat hari menjelang pertandingan pertama tim nasional Indonesia di AFF Suzuki Cup 2016. Ia datang dalam bentuk berita yang tak enak didengar: bahwasannya Irfan Haarys Bachdim dinyatakan cedera tulang fibula yang membuatnya tak bisa tampil di AFF Suzuki Cup 2016. Cedera ini ia dapatkan dalam latihan pagi hari, setelah mendapatkan tekel dari rekan setimnya, Hansamu Yama. “Tadinya saya mau rebut bola tapi gak taunya sampai separah itu,” akunya.
Menurut Syarief Alwi, kepala dokter timnas, penyembuhan untuk cedera seperti yang dialami Bachdim memerlukan waktu dua bulan. Musnah sudah harapan Irfan untuk membela Merah Putih di ajang internasional lagi. Ironisnya, dua tahun yang lalu, pemain Consadole Sapporo ini juga harus absen di turnamen yang sama, juga karena cedera.
Kemalangan Irfan ini juga merupakan nasib buruk bagi timnas. Tak ada yang menyangkal, bahwa Irfan adalah salah satu pemain terbaik di timnas saat ini. Beberapa uji coba yang telah dilalui Skuat Garuda menunjukkan bahwa pemain yang juga pernah bermain di Thai Premier League ini sedang dalam performa terbaiknya. Total, ia mencatatkan tiga gol dan satu assist dalam tiga pertandingan uji coba timnas yang dilakoninya.
Alfred Riedl jelas pusing. Masalahnya, tak ada pemain lain yang sebaik Irfan di bangku cadangan timnas. Beberapa penyerang lain yang dicoba di lini depan Indonesia dalam beberapa uji coba terakhir, termasuk Lerby Eliandry dan Ferdinand Sinaga, tak ada yang mampu memberikan dampak sebesar Irfan.
Irfan memang sangat diandalkan oleh Riedl dalam strateginya untuk memberikan pressing sejak wilayah pertahanan lawan. Kecepatan, energi, dan determinasinya yang luar biasa membuatnya sebagai pemain terbaik di skuat Garuda dalam melaksanakan tugas ini. Lihatlah bagaimana dia secara luar biasa membuat para pemain belakang Malaysia keteteran, dalam laga uji coba di Manahan, Solo, awal September lalu. Kemenangan 3-0 Merah Putih di laga itu sebagian besar disebabkan oleh pemain kelahiran Belanda ini.
Kontribusi yang sama besarnya juga ia perlihatkan di laga-laga berikutnya, termasuk saat menghadapi Vietnam di kandang dan tandang. Masalahnya, strategi pressing tinggi itu adalah andalan utama Riedl untuk timnas saat ini. Lantas, tanpanya, apa yang bisa dilakukan oleh Riedl?
Ada dua opsi yang mungkin dipilih oleh Riedl. Pertama, menggunakan skema yang sama dengan penyerang lain dimasukkan untuk menggantikan Irfan. Ini pernah dicoba Riedl dengan memainkan Lerby sebagai starter di pertandingan tandang melawan Myanmar pada awal November lalu, karena Irfan baru pulih dari cedera. Namun perlu dicatat, bahwa hasil yang didapatkan timnas sendiri kurang bagus. Selain tak bisa mencetak gol, Indonesia juga jarang memiliki peluang bagus di sepanjang pertandingan.
Mengingat lawan-lawan Indonesia di Grup A AFF Suzuki Cup nanti adalah Thailand dan Filipina, yang saat ini berada di atas level Myanmar, bisa dikatakan bahwa opsi ini kurang bijak untuk digunakan. Menggunakan Ferinando Pahabol mungkin bisa dicoba juga, terutama karena ia sudah terbiasa bermain dengan Boaz di lini depan Persipura Jayapura, tapi memainkannya langsung di laga perdana kontra sang juara bertahan, Thailand, sepertinya adalah sebuah perjudian. Apalagi, pengalaman internasional Pahabol pun belum terlalu banyak. Tercatat, pemain berusia 24 tahun ini baru sembilan kali bermain di tim nasional U-23 dan belum tampil sama sekali di timnas senior.
Opsi kedua, menurut saya pribadi, lebih baik untuk dicoba di laga pertama kontra Thailand pada hari Sabtu nanti: menggunakan skema satu penyerang dengan satu gelandang serang tambahan di lini tengah.
Ada dua keuntungan dari opsi ini. Pertama, Riedl tak perlu khawatir lagi soal penyerang pengganti Irfan yang tak sebaik eks penyerang Persema Malang tersebut. Kedua, opsi ini bisa menjadi jalan keluar dari permasalahan lini tengah yang kurang solid karena minimnya gelandang bertahan berkualitas tinggi.
Permasalahan lini tengah memang masih menghantui timnas bahkan hingga uji coba terakhir mereka kontra Vietnam di Hanoi. Sementara posisi Evan Dimas sudah hampir bisa dipastikan, rekan utamanya di lini tengah masih kerap dicoba-coba. Setelah Bayu Pradana dan Dedi Kusnandar dicoba, dalam laga uji coba terakhir itu, Stefano Lilipaly yang akhirnya bergabung dengan timnas pun dijajal.
Hasilnya memang lumayan: Lilipaly bermain sangat baik dan memberikan kontribusi bagi salah satu gol timnas. Namun Evan jadi korbannya: karena Fano bermain lebih menyerang, Evan harus lebih banyak menjaga wilayah di depan empat pemain belakang dan hal ini membuatnya tak bisa banyak berkreasi - keunggulan utama dalam permainannya. Kemampuan bertahan Evan yang tak terlalu bagus pun membuatnya tak bisa menjalankan tugasnya untuk menghentikan serangan lawan dengan baik.
Mengorbankan satu penyerang untuk menambah satu pemain tengah akan memberikan jawaban atas permasalahan ini. Melihat performanya dalam laga kontra Vietnam, Fano memang layak mendapatkan posisi inti di timnas dan ia pun bisa mengisi posisi Irfan. Ia bisa mengisi posisi gelandang serang di belakang Boaz Solossa, dan bisa bergerak aktif di sepertiga lapangan akhir, sementara Evan bisa mendapatkan lebih banyak kebebasan untuk berkreasi karena satu posisi lainnya bisa diberikan bagi Bayu atau Dedi.
Daya gedor timnas mungkin akan sedikit berkurang karena Fano tidak diposisikan satu garis dengan Boaz di lini depan, tetapi ia tetap bisa memberikan pressing sejak wilayah lawan jika digunakan sebagai gelandang serang sebagaimana ia dimainkan dalam uji coba terakhir Merah Putih. Jangan lupa, Fano juga memiliki kemampuan bertahan yang lumayan, yang membuatnya kerap dimainkan sebagai bek kanan di SC Telstar, klubnya di Eerste Divisie.
Seperti apa opsi yang dipilih Alfred Riedl baru akan kita ketahui dalam laga perdana kontra Thailand nanti. Perlu dicatat bahwa Riedl belum mencoba formasi selain sistem dua penyerang dalam empat pertandingan uji coba yang sudah dijalani timnas. Namun mengingat belum berhasilnya percobaan menggunakan Lerby atau Ferdinand sebagai duet Boaz di lini depan, sepertinya ini saat yang tepat untuk menggunakan rencana alternatif di atas.

Read more at http://www.fourfourtwo.com/id/features/bisa-apa-indonesia-tanpa-irfan-bachdim

Share this

1 Response to "Bisa Apa Indonesia Tanpa Irfan Bachdim?"

  1. seharusnya tidak harus bergantung pada satu orang, sepak bola adalah permain tim, persatuan dan kekompakan bisa menjadi senjata kuat.
    lapangan bola basket

    ReplyDelete

Salam sportifitas..
Tinggalkan komentar anda dengan menjunjung tinggi fair play.
Sesama blogger harus saling mendukung..

Note :
Mohon maaf, komentar terpaksa saya tinjau terlebih dahulu sebelum di publikasikan karena banyaknya yang melakukan SPAM akhir-akhir ini.
(update per 25 Oktober 2012)